Yang penting penjual atau nursery bisa memberi jaminan bahwa bibitannya
berasal dari indukan A, sehingga sebagai pembeli kita merasa lega.
Paling tidak, kalau pun terjadi penyimpangan, tidak terlalu jauh
menyimpang dari induknya.
Induk yang bagus memang belum tentu menghasilkan anakan yang bagus
semua, tapi pada umumnya kebanyakan bibitan yang dihasilkan bagus.
Sebaliknya kalau induknya kurang bagus, bisa dipastikan anakannya banyak
yang kurang bagus. Karena itu mengingat harga bibit cukup mahal,
sebaiknya belilah bibit yang tahu silsilah induknya.
Bagaimana kalau tidak bisa melihat indukannya, karena selama ini banyak
pedagang yang menjual bibitan bukan dari hasil dari indukannya sendiri
melainkan dari orang lain?
Ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan, yakni:
1. Daun tebal
Daun tebal umumnya dihasilkan dari induk yang bagus, contohnya Cobra, Sawi, Pagoda, Piton, Entong, Daun Nangka dan sebagainya. Kalaupun saat dewasa tidak memiliki karakter, jenmanii berdaun tebal masih memiliki nilai ekonomis tinggi.
2. Serat menonjol
Serat harus menonjol. Pada bibitan tiga empat daun, biasanya serat daun sudah nampak. Semakin besar, semakin jelas pula seratnya. Karena serat merupakan salah satu tanda jenmanii berkualitas, maka jenmanii berserat menonjol memiliki nilai ekonomis tinggi.
Serat harus menonjol. Pada bibitan tiga empat daun, biasanya serat daun sudah nampak. Semakin besar, semakin jelas pula seratnya. Karena serat merupakan salah satu tanda jenmanii berkualitas, maka jenmanii berserat menonjol memiliki nilai ekonomis tinggi.
3. Daun lebar
Pilih daun yang lebar, atau bibitan yang berdaun lebar. Karena kemungkinan besar saat dewasa akan memiliki karakter, entah jadi mangkuk, sweta atau lainnya. Tapi tidak berarti daun agak memanjang itu jelek. Maklum, jenmanii seringkali terjadi mutasi saat memasuki usia dewasa. Maka bisa jadi pula, jenmani yang bentuk daunnya jelek berubah menjadi jenmanii yang berkarakter seperti jaipong, golok atau lainnya.
Pilih daun yang lebar, atau bibitan yang berdaun lebar. Karena kemungkinan besar saat dewasa akan memiliki karakter, entah jadi mangkuk, sweta atau lainnya. Tapi tidak berarti daun agak memanjang itu jelek. Maklum, jenmanii seringkali terjadi mutasi saat memasuki usia dewasa. Maka bisa jadi pula, jenmani yang bentuk daunnya jelek berubah menjadi jenmanii yang berkarakter seperti jaipong, golok atau lainnya.
(sumber: http://kandangpring-sigit.blogspot.com)