Perbanyakan anggrek pada
umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur
in vitro. Perbanyakan secara konvensional dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Perbanyakan vegetatif melalui pemecahan/pemisahan rumpun seperti Dendrobium
sp. Oncidium sp. Cattleya sp. dan Cymbidium sp.
Pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp. yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata
Perbanyakan
secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat
genetik sama dengan induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif
ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena
jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.
Perbanyakan generatif, yaitu menggunakan biji. Biji anggrek sangat kecil dan tidak
mempunyai endosperm atau cadangan makanan, sehingga perkecambahan di alam sangat
sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut.
Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman
dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada
tanaman anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang
efisien.
Perbanyakan dengan metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang
mulai banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek sekarang ini.
Kultur in vitro pertama kali dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena
adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi yang dicetuskan oleh kedua orang
sarjana Jerman Schwann dan Schleiden pada tahun 1830.
Metode kultur in vitro yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti :
akar, daun, batang, mata tunas) dan jaringan-jaringan generatif (seperti :
ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara
aseptik (bebas mikroorganisme).
Secara generatif, benih tanaman diperoleh melalui biji hasil persilangan yang
secara genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot. Sehingga benih-benih
yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap dan beragam. Dengan cara ini untuk
mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya sangatlah sulit, karena
persilangan anggrek telah berkembang demikian luasnya. Namun dengan cara ini
akan diperoleh varietas baru.
Secara vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif atau kultur
jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada media buatan berupa
cairan atau padat secara aseptik. Dengan metode ini dapat diharapkan
perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara cepat dan berjumlah banyak, serta
sama dengan induknya.