Hoya, si Cantik Yang Dulu Diabaikan


Hoya. Nama yang terlalu singkat untuk mewakili pesona kecantikannya. Tanaman bunga mirip anggrek dengan aroma wangi yang khas itu kini sedang menjadi incaran pecinta tanaman hias.

Pesona Hoya terletak pada bunganya yang berbentuk seperti bintang dan bergerombol di ujung tangkai membentuk setengah lingkaran. Saking cantinya, banyak orang terkecoh dan mengatakannya bukan bunga asli.

Bunga Hoya banyak ditemui di India dan Asia Timur, termasuk Indonesia. Bunga ini banyak tumbuh di hutan-hutan di kawasan Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat.

Tadinya, keberadaan bunga ini tidak terlalu dipedulikan oleh masyarakat karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomi. Tetapi, sejak diperkenalkan oleh Peneliti Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Sri Rahayu, ceritanya jadi lain.
Si cantik Hoya menjadi incaran pecinta tanaman hias. Hoya bahkan menjadi salah satu jenis tanaman yang dibudidayakan di LIPI Bogor.

Selain cantik sebagai penghias rumah, Hoya memiliki manfaat untuk lingkungan. Tanaman merambat yang cocok sebagai tanaman gantung ini mampu menyerap polutan di dalam rumah. Racun yang bisa diserap Hoya antara lain, benzene, toluene, dan xylene.

Hoya termasuk jenis tanaman epifit yang tidak membutuhkan banyak air dan sinar matahari langsung. Oleh karena itu, sangat cocok untuk ditaruh di teras atau bahkan ruang tamu rumah.

Hoya cukup mudah dibiakkan. Ia akan tumbuh dengan baik pada media sekam atau organik kasar. Bibit awal bisa diperoleh dengan cara membeli di pedagang bunga. Untuk perbanyakan, cukup dengan mencangkok sulur batangnya.

Penyiraman merupakan faktor penting dalam menanam Hoya. Sebagai tanaman epifit, Hoya tidak membutuhkan banyak air. Penyiraman yang berlebihan justru bisa membuatnya mati. Tetapi, media tanam yang terlalu kering bisa membuat bunga-bunganya rontok. Jadi, pertahankan kondisi media tanam tetap lembab.

Satu hal lagi, jangan potong batang tempat bunga Hoya keluar. Karena setelah rontok, akan tumbuh bunga baru di batang yang sama.